Lo dan band lagi naik daun. Dapet tawaran manggung di kafe yang lebih gede, atau bahkan event kampus. Masalahnya, sound system yang selama ini lo pake buat latihan di garasi, udah nggak memadai. Suara gitar terdistorsi, vokal tenggelam, bass cuma kedengeran “gedebuk gedebuk” doang.
Nah, di sinilah banyak band salah langkat. Mereka pikir sound system yang bagus itu yang paling mahal atau yang paling gede. Padahal, yang paling penting adalah memilih partner sound system yang tepat—bukan sekadar alat, tapi bagian dari tim lo. Kayak cari member band baru, harus klik.
Bukan Cuma “Keras”, Tapi “Jelas” dan “Setia”
Tujuan utama punya partner sound system sendiri bukan biar bisa berisik. Tapi biar karakter suara band lo bisa didengar dengan baik oleh penonton paling belakang sekalipun. Bayangin penonton yang bayar tiket, tapi cuma denger vokal fals dan drum yang kayak kaleng. Itu namanya bunuh diri secara perlahan.
Sound system yang bagus itu kayak microphone untuk jiwa musik lo. Dia harus “jujur” sama suara lo, tapi juga bisa “mempercantik” kalau perlu. Dia partner, bukan pesaing.
Nih, contoh band yang salah pilih dan yang bener:
- Band “Solaris”: Mereka tergiur beli sound system second yang murah, merknya nggak jelas. Pas manggung, monitor panggungnya nggak ada. Mereka nggak bisa dengar diri sendiri main. Hasilnya? Performa berantakan. Penonton pada ngobrol sendiri. Mereka akhirnya nyewa partner sound system profesional yang punya monitor lengkap. Baru deh, mereka bisa kontrol performa dan engagement penonton langsung membaik. Sebuah survei informal di kalangan musisi indie (fictional) menunjukkan bahwa 8 dari 10 penampilan buruk disebabkan oleh masalah sound system, bukan kemampuan musisi.
- Duo Akustik “Kala”: Awalnya mereka pake speaker aktif biasa. Suara gitar dan vokal mereka, yang mestinya intimate dan detail, jadi datar dan kasar. Mereka kemudian investasi di speaker yang responsif di frekuensi vokal dan memiliki tweeter yang halus. Hasilnya? Nuansa musik mereka yang lembut jadi keangkat. Penonton di kafe bisa nangkep setiap detil petikan gitar dan breath di vokal. Itu yang bikin mereka dapet job rutin.
- Band Rock “Merah”: Mereka butuh power untuk drum dan gitar listrik. Daripada beli PA system mahal, mereka nawarin “partnership” ke rental sound system. Mereka dapet paket spesial untuk gig-gig reguler, plus soundman yang udah paham karakter musik mereka. Hubungannya jadi kayak keluarga. Soundman-nya tau kapan harus naikin volume gitar solo, dan kapan harus nurunin supaya vokal kedengeran. Itu nilai yang nggak bisa diganti dengan spek mentah.
Jangan Sampai Lo Terjebak Kesalahan Fatal Ini
Banyak band pemula yang gegabah:
- Fokus ke Watt, Bukan Kejelasan: “Speaker-nya 5000 Watt, nih!” Tapi nggak nanya, “Bisa nggak ini speaker ngeluarin suara vokal yang jelas tanpa nusuk kuping?” Watt itu soal power, kejelasan itu soal kualitas komponen dan desain.
- Ngabisin Budget Buat Speaker Depan, Lupa Monitor: Speaker depan (Front of House) untuk penonton. Tapi monitor panggung buat lo denger sendiri itu lebih penting lagi! Lo nggak bisa main kalo nggak denger suara lo sendiri dengan jelas.
- Nggak Mikirin Soundman: Sound system paling bagus pun jadi sampah kali dipegang sama soundman yang nggak becus. Partner sound system yang baik termasuk orang yang ngoperasinnya.
Gimana Caranya Milih “Partner” yang Bener?
Ini checklist sederhana buat lo:
- Dengar Pakai Telinga Lo, Bukan Brosur: Minta demo. Bawa lagu lo yang paling mewakili sound. Dengernya dari depan dan dari belakang (simulasikan posisi penonton). Kalo bisa, test volume maksimalnya sebentar, apakah ada distorsi?
- Cek “Kompatibilitas” Genre: Band metal butuh speaker yang handle bass dan treble tinggi tanpa pecah. Band akustik butuh speaker yang jernih di mid-range. Tanya ke sellernya, “Ini cocoknya untuk musik kayak gimana?”
- Hitung Kebutuhan Realistik: Buat apa sewa line array buat 5000 orang kalo lo mostly manggung di kafe 100 orang? Itu namanya overkill dan boros. Mending invest di speaker yang pas untuk venue 100-300 orang dulu.
- Prioritaskan Monitor Panggung: Ini investasi terpenting buat performa lo. Minimal, punya 2 monitor: satu untuk vokalis, satu untuk band (drummer denger dari sini).
- Jalin Komunikasi Sama Soundman: Perlakukan soundman sebagai bagian dari tim. Kasih referensi rekaman, jelaskan bagian mana yang penting. Dia partner sound system lo, bukan tukang sound.
Jadi, gue ulang. Mencari partner sound system itu seperti mencari member band baru. Butuh chemistry, percobaan, dan komitmen. Jangan cuma lihat merk dan harga. Dengarkan, rasakan, dan percayai insting lo sebagai musisi. Karena ketika lo berdiri di panggung, sound system itu adalah suara lo. Pastikan dia bisa bersuara lantang, jelas, dan yang paling penting, setia menyampaikan jiwa musik lo kepada setiap penonton yang datang. Now, go find your perfect partner!
